Senin, 21 Oktober 2013

Rupiah Yang ga Mungkin

Rupiah oohh rupiah betapa sulit engkau ku dapatkan, tak tebayang ketika dalam 1 jam bisa cepat menghabiskan tapi mencari begitu sulit untuk aku dapatkan,,, 
Sedikit penggalan curahan hati pak, dalam diri yang selalu terbayang ketika teringat orang tua yang mencerinya,,
Dalam kegiatanya praktek jualan itu sangat lah sulit, baik dari segi mental, tata cara bicara maupun dalam penawaran untuk menghadapi konsumen,

Sore hari ketika waktu sudah menunjukkan hampir jam 17:20 saya dan teman-teman yang lain berjalan keluar komplek UT untuk menjual pena amanat yang diberikan untuk menjual barang tersebut, awal mula kaget ketika mendengar barang yang bentuk dan kalau di pikirkan biasa, harus menjual dengan harga yang luar biasa,...

Dalam penjualan ini saya masih menggunakan metode Dor to Dor karena saya berfikir kalau masih bilang ke kerabat pasti harga tinggi engak akan di tawar lagi, setelah bakda magrib saya berjalan menuju arah Gaplek, dalam perjalanan banyak menemui konsumen dari berbagai kalangan baik yang menengah maupun yang keatas,,,,

Pelanggan pertama saya temuai ketika keluar dari ATM di seputar POM bensin, ada ibu-ibu berjalan dengan anaknya langsung saya dekati, udah panjang lebar ngejalasin maksud dan tujuan saya untuk menjual, namun ketika sudah hampir deal, datang bapak-bapak yang mungkin itu adalah suami, beliau bilang, jualan apa dex, ini pak saya mahasiswa seamolec-itb ditugaskan untuk menjual barang yang berupa pena, memang bentuknya ga seberapa tapi kami ditugaskan untuk menjual barang dengan harga yang setinggi-tingginya, kira-kira bapak mau beli, setelah panjang lebar jelasin, ternya bapaknya bilang “maaf dek kami ga jadi beli,,”, dalam hati saya bilang mungkin belum jatahnya.

Saya jalan lagi bersama dengan anggota lainnya menuju arah Gaplek tepatnya di depan KFC ada bapak-bapak lalu saya tawarkan pena yang saya bawa tersebut lalu beliau sedikit merespon dengan baik, lau dengan panjang lebar saya menjelaskan dan tarik ulur masalah harga, pertama saya tawarkan dengan harga 100 ribu, bapak itu kaget, beliau bilang pena kayak gini kok mahal benget, lalu saya jawab, disini saya praktek jualan pak di beri dari lembaga seamolec dengan harga seperti itu,, lama kelamaan beliau tanya, terus kalau saya jadi beli uang ini mau di kemanakan, saya jawab, untuk pendidikan pak, kata bapaknya ya udah saya beli tapi ga bisa mahal kalau 100 ribu ga ada uang ada Cuma 20 ribu gimana? Ya dah pak ga apa-apa. Jadi pas udah sepakati harga jadi bapaknya akhirnya beli,,
Jadi dalam penjualan ini saya menargetkan tidak tinggi-tinggi karena ini adalah baru pertama kali saya menjual barang yang semestinya biasa menjadi luar biasa,,
Pakek sistem orang cina kalu jual harga pas tapi pasti hehehehe,,,

Sampe akhirnya waktu menunjukkan jam 19:00 Wib, dan waktu untuk kumpul kembali tinggal 30 menit lagi, saran dari temen-temen udah pulang aja, udah mau kumpul ini soalnya lumayan lah kalau jalan dari simpang gaplek ke gedung seamolec, sambil jalan pulang pun kami tak lupa untuk menawarkan ke penjual pinggir jalan, bu mau beli pena bu,, beliau jawab, buat apa saya dek, ga ada anak sekolah, mana laku entar kalau pena biasa mungkin, kan bisa untuk ibu pakek sendiri, ya udah ada sepidol,, dari situ saya langsung diam ga mau bantah lagi.

Untuk metode penjualan apa,?? Kalau untuk metode Dor To Dor memang bagus, mungkin karena hari kemaren yang praktek ga Cuma satu orang, banyak karena saya waktu menawarkan ke bapak-bapak beliau jawab “yang pena tadi ya, udah beli tadi ma teman yang lain,” jadi mungkin karena terbatasnya waktu dan tempatya juga udah di leawtin dengan teman-teman yang lain jadi kami aga telat, sehingga yang di tawari ya udah ditawari ma temannya yang kelompok lain,

Mungkin sekian kata dari cerita tentang pengalaman jualan saya,, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar